Selasa, 29 Oktober 2013

Struktur Novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyier#

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
    Karya sastra adalah hasil seni kreatif yang membicarakan manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Wellek dan Waren (1990:3) yang mengatakan bahwa sastra adalah suatu kegiatan kreatif karya seni. Sebagai karya seni kreatif yang membicarakan manusia dengan segala kehidupannya, karya sastra tidak hanya sebagai media untuk mengungkapkan gagasan tetapi juga menampungnya dengan memberikan kreasi keindahan. Dengan demikian, dalam penciptaan karya sastra, seorang pengarang dituntut untuk memiliki kepekaan dalam mengamati segi-segi kehidupan untuk direfleksikan dalam bentuk karya sastra sebagai kreasi seni. Bahan-bahan dari kehidupan diseleksi dan disusun sesuai dengan ciri individu pengarang masing-masing.
    Karya sastra terbentuk oleh unsur-unsur yang saling berjalinan menyusun satu kesatuan. Seperti yang dikatakan Teew (1988:23), bahwa struktur karya sastra adalah bangun keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing saling berjalinan. Ada dua hal pokok dalam memahami karya sastra, yaitu (1) kerangka sejarah sastra, dan(2) kerangka sosial budaya yang mengitari karya sastra tersebut.
    Novel merupakan cerita fiksi yang melukiskan suatu peristiwa yang luar biasa dari kehidupan tokoh cerita, dimana peristiwa-peristiwa tersebut menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya. Dalam rangkaian peristiwa yang diceritakan dalam novel, dapat mengambil aspek-aspek yang diamanatkan penciptanya lewat tokoh-tokoh dalam cerita. Novel berasal dari Bahasa Italia Novella, yang dalam Bahasa Jerman Novelle, dan dalam Bahasa Yunani Novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Istilah Novella dan novella saat ini mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.
    Novel Sandiwara Langit karya Abu Umar Basyir merupakan kisah yang berawal dari seorang pemuda shalih bernama Rizqaan ingin menikah. Dari kondisi ekonomi, Rizqaan bukanlah pemuda atau berasal dari keluarga kaya,  ia pun belum punya pekerjaan tetap. Dari segi pendidikan, Rizqaan hanya lulus SMA. Usiannya pun masih 18 tahun. Pernikahan Rizqaan dengan Halimah, seorang wanita shalihah, anak dari keluarga kaya, diawali dengan sebuah akad yang aneh, akad yang setelahnya diucapkan syarat: bahwa apabila dalam jangka sepuluh tahun menikah, kehidupan ekonomi mereka berdua tidak menjadi baik, mapan, dan stabil, Rizqaan harus menceraikan istrinya secara sukarela.
    Beberapa bulan pertama mengarungi kehidupan rumah tangga adalah masa yang sangat sulit bagi Rizqaan dan Halimah. Namun, Rizqaan adalah pekerja keras, didampingi istrinya yang senantiasa memotivasi dan sangat pengertian, perlahan perekonomian keluarga pun akhirnya meningkat, sangat meningkat. Jalan kehidupan keluarga, tak mulus tentunya, banyak keriki-kerikil tajam yang harus dilewati. Memasuki tahun kesepuluh, Rizqaan dan keluarganya bisa hidup mapan, produksi rotinya meningkat. Bila mereka bisa bertahan, rumah tangga itu akan utuh. Itulah kebahagiaan yang mereka tunggu-tunggu.
    Sampai musibah itu, musibah di malam bulan keduabelas, tahun kesepuluh, hari yang keduapuluh delapan, dua hari lagi perjanjian berlangsung. Kebakaran menghanguskan semuanya. Dan bagaimanakah kelanjutan dari perjanjian itu? Akankah berakhir begitu saja?  Bisakah Halimah mewujudkan keinginannya seperti yang disebutkan dalam hadits:
“Wanita manapun yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, ia pasti masuk Surga.”
    Novel ini juga memberikan banyak ibrah yang dapat kita ambil. Dan “Penulis buku”Sandiwara Langit” ini berusaha satu sisi kehidupan sepasang suami-istri dalam bentuk makna lebih yang dapat diambil hikmahnya. Sebab buku ini menawarkan nilai islami yang dapat memperkaya rohani dan meningkatkan mutu kehidupan, disamping buku ini juga sebagai penghibur yang mampu memberikan pengaruh positif. Terlebih lagi diungkapkannya beberapa dalil tekstur dari al-Qur’an dan as-Sunnah agar dapat lebih memantapkan gejolak iman didalam pembaca. [Mahfudz Siddiq, Lc, MA-Pemerhati Sastra].

1.2 Masalah
    Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah analisis novel  ini adalah Struktural Novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyier.
   
1.2    Tujuan dan Manfaat
    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mendeskripsikan struktural Novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyir.
    Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai struktural Novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyir.
2.    Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai struktural Novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyir.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tokoh
    Tokoh adalah pelaku dalam karya sastra dalam hal ini novel. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1994: 165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan. Kehidupan tokoh cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi maka ia haruslah bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan cerita atas perwatakan yang disandangnya. Jika terjadi seorang tokoh bersikap dan bertindak secara lain dari citranya yang telah dogambarkan sebelumya, dan karenanya merupakan suatu kejutan, hal ini haruslah tidak terjadi begitu saja melainkan harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi plot sehingga cerita tetap memiliki kadar plausibilitas. Atau, kalaupun tokoh itu bertindak secara aneh untuk ukuran kehidupan yang wajar maka sikap dan tindakannya haruslah tetap konsisten.
    Nurgiantoro menjelaskan lebih lanjut bahwa pembagian tokoh dalam cerita dapat dilihat dari fingsi dan cara penampilannya. Berdasarkan fungsinya, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)    Tokoh Sentral, adalah tokoh utama yang diceritakan dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi:
a.    Tokoh utama atau protagonis yakni tokoh yang memegang peran pimpinan. Ia menjadi sorotan dalam cerita.
b.    Tokoh antagonis yakni tokoh yang menentang protagonis.
c.    Tokoh wirawan/wirawati dan antiwirawan.
2)    Tokoh bawahan, adalah tokoh-tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan dibedakan menjadi:
a.    Tokoh andalan, yakni tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan protagonis yang dimanfaatkan untuk memberi gambaran yang terperinci mengenai tikoh utama.
b.    Tokoh tambahan, yakni tokoh yang tidak memegang peran penting dalam cerita, misalnya tokoh lataran.
Berdasarkan cara penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi :
1)    Tokoh datar/sederhana atau pipih, yakni tokoh yang hanya diungkapkan salah satu segi wataknya saja. Watak tokoh datar sedikit sekali berubah. Termasuk di dalamnya adalah tokoh stereofit.
2)    Tokoh bulat/kompleks atau bundar, yakni tokoh yang wataknya kompleks, terlihat kekuatan dan kelemahannya. Ia mempunyai watak yang dapat dibedakan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh ini juga dapat mengejutkan pembaca, karena kadang-kadang dalam dirinya dapat terungkap watak yang tidak terduga sebelumnya.
    Dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan ekstrover. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadaran. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Tokoh antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya pula.
    Sami (1988: 12) mengemukakan bahwa ciri-ciri tokoh utama yaitu; (1) tokoh yang paling banyak terlibat dalam masalah pokok (tema) cerita, (2) tokoh yang banyak berinteraksi dengan tokoh lain, dan (3) tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama.
Beliau melanjutkan, tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa atau penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Realitas kehidupan manusia memang perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kehidupan tokoh cerita. Namun, haruslah disadari bahwa, hubungan antara tokoh fiksi dengan realitas kehidupan manusia tidak hanya berupa hubungan kesamaan saja, melainkan juga ada hubungan perbedaan. Tokoh manusia nyata memang memiliki banyak kebebasan, namun tokoh fiksi tidak pernah berada dalam keadaan yang benar-benar bebas. Tokoh karya fiksi hanyalah bagian yang terikat pada keseluruhannya, keseluruhan bentuk artistik yang menjadi salah satu tujuan penulisan fiksi itu sendiri.
    Berdasarkan pengertian tentang tokoh yang telah diuraikan di atas ditambah dengan pengertian dari beberapa tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa, tokoh adalah orang yang perperan dalam sebuah cerita fiksi, dimana tokoh ini terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari penulis yang akan menempatkan tokoh yang satu pada jenis tokoh yang mana dan tokoh yang lainnya lagi pada jenis tokoh yang mana, dan begitu selanjutnya.

2.2 Alur
    Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita  yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
    Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagaiunsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan alur, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Masalah lnearitas struktur penyajian peristiwa dalam karya fiksi banyak dijadikan objek kajian. Hal itu, misalnya, terlihat dalam kajian sintagmatik, dan kajian menurut pendekatan kaum formalis Reusia yang dipertentangkan (dan mencari kesejarahan) antara fabel dan sujet.
    Forster (1970 (1927): 93) berpendapat bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas. Selain itu, beliau juga berpendapat bahwa alur sebuah karya sastra memiliki sifat misterius dan intelektual. Alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik ataupun mencekam pembaca. Hal itu mendorong pembaca untuk mengetahui kejadian-kejadian berikutnya. Namun, tentu saja hal itu akan dikemukakan begitu saja secara sekaligus dan cepat oleh pengarang, melainkan, mungkin saja, disiasati dengan hanya ditututrkan sedikit demi sedikit.
Oleh karena sifanya yang bersifat misterius maka untuk memahaminya diperlukan kemampuan intelektual. Tanpa disertai adanya daya intelektual, menurut Forster, tak mungkin orang dapat memahami alur cerita dengan baik. Hubungan antarperistiwa, kasus, atau berbagai persoalan yang diungkapkan dala sebuah karya, belum tentu ditujukan secara eksplisit dan langsung oleh pengarang. Menghadapi struktur narasi yang demikian, pembaca diharapkan mampu menemukan sendiri hubungan-hubungan tersebut. Untuk karya-karya tertentu yang tak tergolong berstruktur alur yang ruwet dan kompleks, pemahaman terhadap aspek itu mungki tidak sulit. Namun, tidak demikian halnya dengan karya-karya yang lain yang berstruktur sebalinya.
Abrams (1981:137) mengemukakan bahwa alur sebuah karya fiksi erupaka struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Penyajian peristiwa-perisriwa itu, atau secara lebih khusu aksi ‘actions’ tokoh baik yang  verbal maupun nonverbal, dalam sebuah karya bersifat linear, namun antara peristiwa-peristiwa yang dikemukakan sebelumnya dan sesudahnya belum tentu berhubungan langsung secara logis-bersebab-akibat. Pertimbangan dalam pengolahan struktur cerita, penataan peristiwa-peristiwa, selalu dalam kaitannya pencarian efek tertentu. Misalnya, ia dimaksidka untuk menjaga suspense cerita, untuk mencari efek kejutan, atau kompleksitas srtuktur.
Stanton ( dalam Nurgiantoro, 1994:133) mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang sati disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan dari pada urutan waktu saja belum merupaka alur. Agar menjadi sebuah alur, peristiwa-peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati dengan kreatif. Sehingga, hasil pengolahan dan penyiasatan itu sendiri merupakan sesuatu yang menarik dan indah, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi secara keseluruhan.
Alur setiap cerita berbeda-beda, namun pada dasarnya alur mengandung aspek-aspek seperti situasi awal, pengmbangan cerita, klimaks, dan penyelesaian. Memahami alur merupaka hal yang sangta penting karena dala setiap tahapanalur sebenarnya terkandung semua aspek yang berbentuk fiksi. Tahapan alur dibentuk oleh satu-satunya peristiwa. Setiap peristiwa selalu memiliki latar tertentu dan selalu menampilkan sesuatu tertentu pula.
Menurut Sami (1988: 45) alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam sebuah cerita yang disusun sebagai interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan-urutan bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur meruapakan perpaduan unsur yang membangun cerita.
Menurut Suharianto (1982: 28) alur adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh.
Selanjutnya, Suharianto menyebutkan bahwa alur terdiri atas lima bagian, yaitu: (1)Pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita, (2) penggawatan, yakni bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya konflik dalam sebuah cerita. Konflok itu dapat terjadi antara tokoh dan tokoh, antara tokoh dan masyarakat sekitar, atau antara tokoh dan nuraninya sendiri, (3) penanjakan, yakni bagian cerita yang melukiskan konflik-konflik seperti yang disebutka di atas mulai memuncak, (4) puncak atau klimaks, yakni bagian yang melukiskan peristiwa sampai puncaknya, (5) peleraian, yakni bagian cerita tempat pengarang memeberikan pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi dalam cerita atau bagian.
Dilihat dari penyusunan bagian-bagian alur tersebut, alur cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (falsh back), dan alur campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir dengan pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke muka menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik tetapi keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak menimbulkan kesan ada dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik waktu maupun tempat kejadian. (Suharianto 1982: 29).
Dalam sebuah alur cerita, ada yang namanya tahapan alur. Tahapan tersebut yakni:
1.    Tahap Awal. Tahap ini biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Misalnya berupa alam, waktu kejadiannya (misalnya ada kaitannya dengan waktu sejarah), dan lain-lain, yang pada garis besarnya berupa deskripsi setting. Selain itu, tahap awal juga sering dipergunakan untuk poengenalan tokoh-tokoh cerita, mungkin berwujud deskripsi fisik, bahkan mungkin juga telah disinggung (walau secara implisit) perwataknya.
    Fungsi pokok tahap awal (pembukaan) sebuah cerita adalah untuk memeberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelatar dan penokohan
   
2.    Tahap Tengah. Tahap ini dapat pula disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegang. Konflik yang dikisahkan itu dapat berupa koflik internal, konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik atau pertentang yang terjadi antartokoh cerita, antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Pada tahap inilah konflik berkembang semakin meruncing, menegangkan dan mencapai klimaks, dan pada umumnya tema pokok, makna pokok cerita diungkapkan.

3.    Tahap Akhir. Tahap ini disebut juga tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini bisa berisi bagaimana penyelesaian yang bersifat tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai, cerita sudah selesai sesuai dengan tuntutan logika cerita yang dikembangkan. Sesuai dengan logika cerita itu pula para tokoh cerita telah menerima “nasib” sebagaimana peran yang disandangnya.
    Selain tiga tahapan di atas, terdapat pula tahapan alur dalam rincian lain. Yakni:
1.    Tahap Situation (tahap penyituasian), tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupaka tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2.    Tahap Generating circumstances (tahap pemunculan konflik). Pada tahap ini, masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. tahap pertama dan kedua pada pembagian ini, tampaknya, berkesuaian dengan tahap awal pada penahapan seperti yang dikemukakan di atas.

3.    Tahap rising action (tahap peningkatan konflik). Pada tahap ini, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya kemudian berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi yang menjadi inti cerita semakin mencekam dn menegangkan. Konflik-konflik itu terjadi, internal, eksternal, ataupin keduanya, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan, masal, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari.

4.    Tahap climax (tahap klimaks). Pada tahap ini, pertentangan yang telah terjadi pada tahap sebelumnya kini sampai pada puncak pertentangan itu sendiri. Kliomaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin akan memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak dapat ditafsirkan demikian.

5.    Tahap denouement (tahap penyelasian), tahap yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.
    Dari berbagai uraian di atas, mulai dari pengertian alur menurut beberapa ahli, sampai dengan pembagian dari alur itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa alur adalah jalinan peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Pada sebuah alur ada beberapa tahapan rangkaian peristiwa yang terjalin melalui satu kisah. Tahap tersebut pada intinya merupakan awal cerita, pertengahan yang memunculkan klimaks dan kemudian bagian akhir cerita yang merupaka selesaian dari sebuah klimaks.

2.3 Latar
    Berhadapan dengan sebuah karya fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahan. Namun, tentu saja, hal itu kurang lengkap sebab tokoh dengan berbagai pengalaman kedupannya itu memerlukan ruang lingkup, tempat dan waktu, sebagaimana halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, fiksi sebagai sebuah dunia, di samping membutuhkan tokoh, cerita, dan alur, juga perlu latar.
    Penggambaran suatu latar dalam cerita bersifat logis, pembaca akan merasakan keutuhan dan kenikmatan untuk dapat menentukan kualitas makna yang terkandung dalam cerita. Boleh jadi penempatan latar dapat membawa pembaca menuju kekaruan, apabila pengarang tidak mampu menyatukan dengan unsur-unsur lain. Kehadiran latar tidak dapat dipaksakan dalam pemilikannya, karena dapat menjadi penyebab untuk tidak tertariknya pembaca dalam membangkitkan daya minat baca sebuah karya sastra.
    Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkingan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175).
    Menurut Wiyanto (2005: 82) latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Selanjutnya, Nurgiantoro (1994: 217) menyebutkan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.
    Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Setting bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, kegilaan mereka, gaya hidup mereka, kecurigaan mereka dan sebagainya (Sumardjo, 1986: 76).
    Selain itu, Suharianto (1982: 33) mengemukakan bahwa latar disebut juga setting: yaitu tempat atau waktu terjadi cerita. Waktu terjadi cerita dapat semasa dengan kehidupan pembaca dan dapat pula sekian bulan, tahun, atau abad yang lalu. Tempat terjadinya peristiwa dapat di suatu desa, kantor, daerah, bahkan negara mana saja.
Wiyanto (2005: 82) menyebutkan bahwa latar atau setting mencakup tiga hal, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting suasana.
1)    Setting Tempat
Setting tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa dapat terjadi di halaman rumah, ruang tamu, di kamar belajar, atau demana saja.
2)    Setting Waktu
Setting waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa dapat saja terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman Majapahit, zaman revolusi fisik, atau zama sekarang.
3)    Setting Suasana
Peristiwa itu terjadi dalam suasana apa? Suasana ada dua macam, yaitu suasana batin dan suasana lahir. Yang termasuk suasana batin, yaitu perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami oleh pelaku. Sementara yang termasuk suasana lahir ialah sepi (tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak). Romantis, hirukpikuk, dan lain-lain.
    Sumardjo (1996: 76) juga menyatakan bahwa latar atau setting dalam prosa fiksi dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) latar alam (geography setting), yang di dalamnya menggambarkan tempat/lokasi peristiwa yang terjadi dalam alam ini, (2) latar waktu (temporal setting), di dalamnya menggambarkan kapa peristiwa itu terjadi, jam berapa, musin apa dan sebagainya, (3) latar sosial (social setting), di dalamnya menggambarkan lingkungan sosial mana peristiwa itu terjadi, dan (4) latar ruang (spatial setting), latar yang menggambarkan ruang peristiwa itu berlangsung, apakah di dalam kamar atau di ruang pesta, atau sebagainya.
    Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar atau setting terbagi atas beberapa macam, yaitu latar waktu, tempat, (alam atau ruangan), suasana, dan latar sosial. 





BAB III
    METODE PENELITIAN   

3.1 Data dan Sumber Data
    Data yang digunakan dalam makalah ini adalah data tertulis berupa novel yang berjudul Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyir.
    Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Sandiwara Langit karya Abu Umar Basyir pada tahun 2008  di Sukoharjo. Yang diterbitkan oleh Shafa Publik di Jl. Medokan Semampir No.5 Surabaya. Cetakan Kesebelas tahun 2011.

3.2 Teknik Analisis
    Adapun teknik analisis dalam penelitian makalah ini adalah dengan menggunakan Pendekatan Struktural,  yaitu menelaah unsur-unsur struktur yang membangun dari dalam karya sastra. Pendekatan struktural memandang karya sastra sebagai suatu karya yang bersifat otonom dan dapat berdiri sendiri. Struktural dijelaskan melalui aspek intrinsik yang membangun karya sastra. Hal ini sesuai dengan masalah utama dalam analisis ini, yaitu struktur cerita dan konflik serta dalam Novel Sandiwara Langit karya Abu Umar Basyir. Dalam menggunakan pendekatan struktural, penganalisis mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan struktur cerita serta fungsi dan hubungan konflik sebagai obyek analisis dengan unsur intrinsik yang dianggap berhubungan erata dengan konflik-konflik yang ada dalam novel. yang mengacu pada pembahasan  hal-hal yang menyusun cerita itu sendiri yaitu tokoh, alur, dan latar. Dimana pada dasarnya ketiga hal pokok diataslah yang membangun dan menciptakan suatu cerita, tanpa mereka sebuah cerita takkan terjadi.
    Selengkapnya, teknik analisis data yang dimaksudkan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1)    Identifikasi data, artinya data yang sudah ada diberi kode (tanda tertentu) sesuai dengan permasalahan penelitian
2)    Klasifikasi data, yaitu menhklasifikasikan atau mengelompokkan data berdasarkan ruang lingkup.
3)    Deskripsi data, yaitu pemaparan data yang telah ditafsirkan ke dalam bentuk paparan kebahasaan.
4)    Interpretasi data, yaitu penafsiran terhadap data yang telak dikelompokkan.

   






BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tokoh
    Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari,selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Tokoh merupakan pelakucerita, yang melakukan dan dikenai sesuatu di setiap peristiwa dalam cerita.Tokoh membuat cerita menjadi hidup. Merujuk pada teori yang telah dipaparkan pada bab II berikut ini akan dibahas analisis mengenai tokoh dalam novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyir. Analisis dilakukan untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam jalannya cerita, serta yang mendukung gambaran kepribadian tokoh utama. Selain itu, analisis dilakukan untuk mengetahui gambaran fisik, mental, dan hubungan antartokoh.

a. Identivikasi Tokoh
        Identivikasi tokoh atau pelaku cerita dalam novel Sandiwara langit  karya Abu Umar Basyir berdasarkan fungsi tokohnya dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu tokoh utama, tokoh bawahan, tokoh antagonis, tokoh datar, tokoh bulat, dan tokoh tambahan.
Adapun tokoh-tokoh dalam novel yang berjudul Sandiwara langit  karya Abu Umar Basyier ini adalah:
•    Rizqaan
Rizqaan adalah tokoh utama. Ia pemuda sholeh yang baru berumur 18 tahun dari keluarga miskin. Sejak kelas satu SMA, ia sering ikut kajian-kajian. dia seorang pemuda sholeh yang ingin segera menikah walaupun masih muda. Karena ia takut terjerumus dalam pergaulan persinahan. dan ia tak sanggup menahan godaan syahwat yang melandanya. Ia selalu aktif Belajar Ilmu Tauhid, cabang-cabang Fikih, serta bahasa arab. Suka kerja keras banting tulang.

•    Halimah
Halimah adalah pemudi sholehah yang baru berusia 17 tahun. Ia adalah Istri Rizqaan. Sejak keci sudah mengenakan jilbab pada saat kelas 5 SD melalui ikut kajian-kajian remaja sekali seminggu. dan pada saat berumur 10 tahun ia bahkan mengenakan Jubah panjang besar. Halimah anak seorang orang kaya. Di balik kekayaannya dia tidak sombong dan suka aneh-aneh. ia penaat perintah dari kedua orangtuanya. demikian juga ketika ia bersikeras untuk mengambil anaknya yang sedang berumah tangga dengan suaminya tercinta.

•    Pak Razaq
Pak Razaq adalah mertua Rizqaan yang berpendidikan kuat, berkarakter bagus, tidak semena-mena dan ambisius serta egois. Setiap apa yang ia perintahkan kepada anaknya harus diikuti demikian juga istrinya. Walaupun sangat berlawanan dengan pendapat istrinya. Demikian pada saat mengambil anaknya yang sedang berumah tangga padahal anak sedang ditimpa musibah dengan suaminya. Malahan dia tega menceraikannya putrinya dengan suaminya pada saat terkena bencana itu. Dan harus dipatuhi apa yang ia katakan kalau tidak ia mara-marah.

•    Istri Pak Razaq
Istri Pak Razaq adalah sosok seorang ibu yang baik, selalu mengikuti perintah suaminya (taat). Ketika suaminya mengatakan tidak ia juga pasti mengatakan tidak. Lebih—lebih ketika anaknya dinikahkan dengan sebuah mahar persyaratan yang menurutnya itu sangat mengerikan. Karena ia takut suatu nanti bagaimana kalau tidak sejalan dengan yang diimpikan,. Dan ketika anaknya di timpa bencana musibah ia hanya bisa menangis dan menangis diakibatkan oleh kelakuan suaminya yang egois dan ambisius itu. Yang dimana ia tak tega melihat anaknya yang dikena musibah kebakaran pabrik dan rumahnya dengan suami tercinta. Tapi ayahnya tetap egois untuk menagih ksepakatan dengan suami anaknya. Padahal itu sangat menyakitkan anaknya. Dan ibunya tak bisa berkata apa-apa selain menangis tersendu-sendu.
•    Nabhaan
Nabhaan adalah anak dari pasangan suami-istri Rizqaan dengan Halimah. Ia terlahir dari keluarga yang shalih dan shalihah. Sejak sekolah Taman Kanak-kanak (TK) ia sudah berprestasi. Selalu unggul dan juara dikelas. Bahkan di Sekolah Dasar (SD), Ia selalu juara satu dan bisa menghafal jus 30. Subhanallah. Dan ia anak yang baik selalu patuh dan taat terhadap perintah kedua orang tuanya. Mama dan Ayahnya. Anak sholeh, Serta selalu mendoakan kedua orang tuanya.

•    Pak Ustadz
Pak Ustadz adalah Seorang penceramah/Ustadz yang baik, yang selalu mengisi ceramah-ceramah ba’da subuh dari pukul 06.00-09.00. ia bertemu dan mengenal Rizqaan di saat ia selesai mengisi pengajian. Ia selalu memberikan pencerahan kepada semua orang di sekitarnya khususnya Rizqaan. Yang merupakan orang yang ia anggap sebagai keluarga sendiri. Pak ustadz selalu memberikan kata-kata bijak dan motivasi kepada Rizqaan. Dan rizqaan selalu menerimanya dengan ikhlas.

•    Ayah Rizqaan
Ayah Rizqaan adalah sosok seorang ayah yang baik dan selalu memperhatikannya. Lebih-lebih ketika anaknya sudah menikah. Memang ia bukan sosok seorang ayah yang memberikan apapun yang anaknya mau, baik itu uang, motor atau apapun karena ia sangat miskin. Bahkan ketika anaknya menikah ia tak bisa memberikan hadiah lebih selain menggadaikan perhiasan istrinya untuk kebutuhan beberapa bulan anaknya. Ia juga seorang ayah yang sangat-sangat peduli sekali dengan anaknya, pekerja keras dan selalu mendukung apapun yang dilakukan anaknya.

•    Ibu Rizqaan
Ibu Rizqaan adalah seorang ibu yang sangat baik dan menyayanginya. Bahkan ketika anaknya menikah ian hanya berpesan jaga diri dan keluargamu baik-baik. Selama merawat rizqaan ia selalu mengajarkan anaknya untuk selalu jujur dan berbaik hati dan tingkah kepada semua orang disekitarnya. Demikian juga pesannya kepadannya pada saat menikahi anaknya itu. Dan dia juga sangat menyayangi menantunya itu.

•    Ja’far
Ja’far adalah sosok lelaki yang baik. sekaligus kakak yang baik, penyayang dan berpendirian kuat pada komitmennya. Dan selalu satu paham dengan adiknya Halimah. Kakak yang selalu dekat dengan adiknya, bermain dan belajar bersama adiknya. Penyayang dan selalu berbaik hati kepada kedua orang tuanya, sodaranya dan adiknya. Bahkan ketika adiknya menikah ia sangat merestuinya karena pria calon suaminya juga adalah orang yang akrab dengan dia. Dan dia tau tentang calon suaminya itu

•    Istri Ja’far
Seorang istri yang shalihah bagi Ja’far. Sosok istri yang menutup aurat bahkan memakai jilbab besar dan bercadar. Baik didalam rumah maupun keluar rumah. Dan selalu bersama suaminya yang baik juga.

•    Arsyad
Arsyad adalah sosok kakak Halimah yang selalu berbeda pendapat dengannya. Yang egois, pemarah dan keras kepala tak mau dikalah kalau berbicara. Setiap ia berbicara dengan adiknya selalu ada perdebatan yang meskinya harus saling menghargai pendapat. Lebih-lebih ketika adiknya akan menikah dengan pria yang miskin yang tak sederajat dengan mereka. Ia bersikeras. Bahkan ia juga membuat adiknya bercerai dengan suaminya dengan cara membakar seluruh asetnya dengan suaminya.

•    Budiman
Budiman adalah sosok seorang pengusaha muda yang kaya raya. Anak seorang pejabat pemerintahan juga. Memili banyak uang serta mobil mewah. Ia adalah sosok lelaki yang akan di nikahkan lagi dengan Halimah. Ketika Halimah dengan suamainya sudah bercerai. Yang merupakan teman bisnis men ayahnya Halimah. Ayahnya bersikeras sekali untuk menikahkannya berdua. Namun budiman mengerti keadaan Halimah sehingga tidak jadi. Dan ia sosok laki-laki pengusaha muda yang berpengertian.

•    Pegawai atau Pekerja Bisnis Rizqaan
Adalah para pekerja yang bekerja sama dengan Rizqaan untuk menjajakan Roti buatan Rizqaan. Mereka bekerja untuk Rizqaan dan demi melangsungkan kehidupan diri dan keluarga-keluarga mereka. Mereka bekerja dengan ikhlas dan hati yang senang tenang. Jujur dan baik dalam bekerja.

b. Karakter Tokoh
    Karakter tokoh adalah penggambaran tokoh melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh dalam cerita (Sumardjo dala Sugira. 1997: 76). Menurut Sugira Wahid (1997: 77), ada beberapa cara yang digunakan untuk memahami watak pelaku atau pribadi tokoh cerita, yaitu:
1.    Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya.
2.    Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun cara berpakaian.
3.    Menunjukkan bagaimana perilakunya.
4.    Melihat bagaimana tokoh itu bercerita tentang dirinya sendiri.
5.    Memahami bagaimana jalan cerita.
6.    Melihat bagaimana tokoh lain bercerita tentangnya.
7.    Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya.
8.    Melihat bagaimana tokoh-tokoh lain itu memberikan reaksi terhadapnya.
9.    Dan melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya
.
Dalam Novel Sandiwara langit Karya Abu Umar Basyir sebagai pengarang mengambarkan sifat-sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh sebagai berikut:
•    Rizqaan; Sholeh, Baik, Pemuda Langka, Berjiwa bersih, dan sosok seorang ayah atau pemimpin rumahtangga baik serta teladan di masyrakat setempat.
•    Halimah; Sholehah, Seorang istri yang Baik, tegar, istiqomah, serta contoh ibu rumah tangga yang baik. Dan pendidik anak yang sukses.
•    Pak Ustadz; Seorang Teladan, Baik, Bijak, pemberi pencerahan dan renungan motivasi.
•    Nabhaan; Anak yang baik, rajin, berbakti dan taat kepada kedua orangtuanya, pintar, bisa menghafal jus amma 30. Serta sering juara di kelas.
•    Pak Razaq, Berpendirian kuat, tidak mau di kalah, ambisius, berpendidikan tinggi serta egois. Dan harus di ikuti semua apa nyang ia katakan.
•    Ibu Halimah; Baik, penyayang, berperasaan, serta patuh kepada sang suami (setia).
•    Ayah Rizqaan; Baik, ulet, penyayang, sabar.
•    Ibu Rizqaan; Baik, penyayang, sabar, dan berperasaan serta setia.
•    Ja’far; Baik, kakak yang berpengertian, seorang suami yang setia, dan pemimpin rumah tangga yang baik.
•    Istri Ja’far; Baik, Menutup aurat pakai jubah dan cadar, kuat agama, ibu rumah tangga yang baik.
•    Arsyad; jahat, pemarah, egois, keras kepala.
•    Pegawai atau Pekerja Bisnis Roti Rizqaan; Ulet, rajin, jujur, ikhlas bekerja.
   
c. Hubungan Antar Tokoh
•    Rizqaan; berhubungan dengan Halimah, dengan Nabhan, dengan Pak Razaq, Dengan Istri Halimah, dengan  Ayahnnya, Ibunya, Dengan Pak Ustadz, dengan Ja’far dan serta Pegawainya.
•    Halimah; behubungan dengan Rizqaan, dengan Nabhaan, dengan Ayahnya, dengan Ibunya, dengan Ayah Rizqaan, dengan Ibu Rizqaan, dengan Ja’far, dengan Arsyad dan serta Pegawainya.
•    Nabhan; berhubungan dengan Rizqaan, dengan Halimah, dengan Pak Rozaq, dengan istrinya, dengan ayah Rizqaan, dan dengan Ibu Rizqaan.
•    Pak Ustadz; berhubungan dengan Rizqaan, dengan Halimah.
•    Pak Rozaq; berhubungan dengan Halimah, dengan Rizqaan, dengan Ja’far, dengan Arsyad, dan serta budimaman, serta berhubungan dengan Istri tercinta.
•    Istri Pak Rozaq; berhubungan dengan Pak Rozaq, Berhubungan dengan Halimah, Berhubungan dengan Rizqaan, berhubungan dengan Nabhan, berhubungan dengan Arsyad, berhubungan dengan Ja’far, berhubungan dengan buduman.
•    Ayah Rizqaan; berhubungan dengan Rizqaan, berhubungan dengan ibu Rizqaan, bberhubungan dengan Nabhan, berhubungan dengan Nabhaan.
•    Ibu Rizqaan; berhubungan dengan Rizqaan, berhubungan dengan Ayah Rizqaan, behubungan dengan Halimah, berhubungan dengan Nabhan.
•    Ja’far; berhubungan dengan Arsyad, berhubungan dengan Pak Rozaq, berhubungan dengan Ibu Rozaq, berhubungan dengan Halimah.
•    Arsyad; berhubungan dengan ja’far, berhubungan dengan Pak Rozaq, berhubungan dengan Istrinya pak Rozaq, berhubungan dengan Halimah, Berhubungan dengan Budiman.
•    Budiman; berhubungan dengan Pak Rozaq, berhubungan dengan Istri Pak Rozaq, berhubungan dengan Arsyad, berhubungan dengan Halimah.
•    Pegawai atau Pekerja Roti Rizqaan; berhubungan dengan Rizqaan, berhubungan dengan Halimah, berhubungan dengan Nabhan.

    Dari keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa tokoh utama lebih banyak berinteraksi dengan tokoh lain. Guna membuat kisah lebih baik dan menarik serta memikat hati.

d. Tokoh Utama
    Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak melakukan hubungan atau interaksi dengan tokoh lain.
    Tokoh utama dalam novel ini adalah Rizqaan (Pemuda Sholeh) Dan Halimah (Pemudi Sholehah).

e. Tokoh Bawaan   
    Tokoh bawahan adalah adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh utama sentral.
    Tokoh bawaan dalam novel ini adalah Halimah, Pak  Razaq, Istri Pak Razq, Pak Ustadz, Nabhaan, Ayah Rizqaan, Ibu Rizqaan, Ja’far, Arsyad, Budiman dan Pegawai atau Pekerja Bisnis Roti Rizqaan.

f. Tokoh Bulat
    Tokoh bulat adalah tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
    Tokoh bulat dalam novel ini adalah Rizqaan dan Arsyad.

g. Tokoh Datar
    Tokoh datar adalah tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
    Tokoh datar dalam novel ini adalah Halimah, Nabhan, Pak Razaq, Istri Pak Razaq, Pak Ustadz, Ayah Rizqaan, Ibu Rizqaan, Ja’far, Istri Ja’far, dan Pegawai atau Pekerja Bisnis Roti Rizqaa.

h. Tokoh Protagonis
    Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
    Tokoh protagonis dalam novel ini adalah Rizqaan, Halimah, Pak Ustadz, Nabhaan, Ayah dan Ibu Rizqaan, Istri Pak Razaq, Ja’far, dan Istri Ja’far.

i. Tokoh Antagonis
    Tokoh antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
    Tokoh antagonis dalam novel ini adalah Arsyad dan Pak Razaq.

4.2 Alur
a. Alur Sekuen
1.    Rizqaan bertanya kepada ustadz.
2.    Ustadz menjawab.
3.    Rizqaan menceritakan semua tentang dirinya.
4.    Ustadz memberikan penjelasan.
5.    Rizqaan puas.
6.    Pergi kerumah Halimah.
7.    Rizqaan bertemu ayah Halimah.
8.    Ada kesepakatan diantara mereka.
9.    Rizqaan berpikir.
10.    Menemui ustadz lagi.
11.    Rizqaan menjadi semangat.
12.    Rizqaan sering ikut kajian.
13.    Rizqaan berbudi pekerti sholeh.
14.    Sang ustadz tersanjung.
15.    Halimah seorang pemudi sholeh.
16.    Berpakaian ala arab menutup aurat.
17.    Pernikahan yang sederhana.
18.    Rizqaan dan Halimah menjadi suami istri.
19.    Ayah Rizqaan dan ibunya tak kuasa menahan air mata.
20.    Dukungan motivasi dan naehat untuk Rizqaan.
21.    Keikhlasan rizqaan dan istrinya.
22.    Hari pertama keluarga Rizqaan.
23.    Kesulitan bekerja.
24.    Uang pas-pasan.
25.    Rizqaan bekerja apa adanya.
26.    Penghasilan yang sedikit.
27.    Memakan-makanan yang seadanya.
28.    memulai menjajak roti.
29.    Bulan pertama yang sulit.
30.    Penghasilan mulai bertambah banyak.
31.    Pendakian hidup yang lebih baik.
32.    Mulai memakan makanan yang enak.
33.    Kembali ikut pengajian.
34.    Pekerjaan sudah membaik.
35.    Setahun berlalu kehidupan semakin membaik.
36.    Menjajak roti.
37.    Godaan dunia setan.
38.    Di perumahan elit.
39.    Digoda oleh wanita liar.
40.    Rizqaan emosi.
41.    Rizqaan menampar wanita itu.
42.    Segera pergi dari tempat itu.
43.    Rizqaan beristigfar.
44.    Rizqaan bertemu pak ustadz.
45.    Kesadaran akan kehidupan dunia semakin banyak.
46.    Dua tahun rumah tangga Rizqaan.
47.    Penjualan roti perhari makin banyak.
48.    Kehidupan makin membaik.
49.    Kesadaran akan hak orang miskin pada hartanya.
50.    Memilih menjadi pengusaha sendiri.
51.    Sukses sesuai target.
52.    Usaha roti makinmaju.
53.    Ppindah ke pinggiran kota.
54.    Rumah yang bagus.
55.    Halimah Bertemu dengan saudara-saudaranya.
56.    Halimah Teringan akan ayahnya.
57.    Pertemuan dengan bang Arsyad.
58.    Pertentangan pendapat.
59.    Tiba cobaan melanda omset penjualan menurun.
60.    Lahirnya saingan yang baru.
61.    Keuntungan kecil.
62.    Beristrahat malam.
63.    Tiba-tiba suara gempa.
64.    Keluara dari kamar.
65.    Kaget rumah terbakar.
66.    Menolong anak istri dan orangtuanya.
67.    Tek terduga sang ayah dan ibu di loten.
68.    Meninggalnya sang ayah karna kebakaran.
69.    Kesedihan yang amat mendalam.
70.    Penagihan janji sang Ayah Halimah.
71.    Rizqaan dan Halimah Kaget.
72.    Menangisnya hati mereka.
73.    Sang ayah yang keras hati.
74.     Perpisahan terakhir.
75.    Perceraian.
76.    Kehidupan baru halimah.
77.    Kehidupan baru Rizqaan.
78.    Menjadi seoarang ustadz.
79.    Memulai bisnis baru lagi.
80.    Kesadaran sang ayah kepada halimah.
81.    Pertemuan kembali Halimah dengan Rizqaan.
82.    Menikah lagi.
83.    Kehidupan seperti dulu namun berbeda.
84.    Dirumah datang seorang polisi.
85.    Kekagetan mereka.
86.    Pernyata pelaku musibah kebakaran itu adalah anaknya Arsyad.
87.    Pingsan hingga maghrib.
88.    Halimah melahirkan anaknya yang kedua.
89.    Mahgrib, halimah dengan rizqaan.
90.    Sakit halimah makin parah.
91.    Halimah menghembuskan nafas terakhir.
92.    Kesedihan Rizqaan yang paling mendalam.
93.    Bapak Halimah dan ibunya menangis.
94.    Halimah pergi ke peristrahatan terakhir.
95.    Penangkapan Arsyad.
96.    Hdup dipenjara.
97.    Sadar akan perbuatannya.
98.    Teringat Halimah adiknya.
99.    Berubah seketika.
100.    Dibebskannya arsyad.
101.    Melupakan semua kejadian buruk yang menimpanya. Dan
102.     Mengambil ibrahnya dari itu semua.

b. Alur episodic
•    Membujang    berumahtangg    abercerai
•    Bertemu Halimah    jatuh cinta    menikah
•    membujang    berumahtangga    bercerai
•    Bekerja sebagai kuli bangunan    suruhan/menjajak/penjual roti
pengusaha Roti
•    mulai berbisnis    hidup berkecukupan    Kaya   
•    Mempunyai seorang ayah    terkena musibah kebakaran    ayahnya meninggal
•    Miskin harta    mempunyai harta        kaya harta
•    Tidak mempunyaianak    menikah    Mempunyai anak dua
•    Halimah sehat    Halimah sakit    Halimah meninggal
•    Pemuda biasa    ikut kajian    menjadi ustadz
•    Bejalan kaki    naik motor    naik mobil
•    Tinggal di kost-kosan kecil    rumah sendiri kecil    Rumah sendiri bertingkat.
•    Riskan bujangan        berumah tangga        menjadi duda

c. Sruktur Alur
.
•    Pengenalan
Pengenalan kisah dalam Novel Sandiwara Langit Karya Abu Umar Basyir, yaitu berawal ketika seorang pemuda islam yang masih berumur 18 tahun bernama rizqan ingin sekali menikah karena dia khawatir terjebak dalam perzinaan apabila dia harus menunda pernikahan lebih lama lagi. segala usaha telah dia lakukan salah satunya dia telaten melakukan puasa dawud yaitu puasa sehari dan sehari tidak namun itu hanya bisa meredam gejolak nafsunya sedikit dan sisanya masih begitu kuat. berjuang keras menyelamatkan diri dari fitnah membujang, dengan segera menikah dengan segala keterbatasan yang ada. Modal belum ada, pekerjaan pun tak punya. Dan Halimah pemudi yang juga shalihah, putri pak rozaq, seorang pengusaha kaya raya menjadi pilhannya. Meski dari keluarga apa adanya, sebagai muslim idealis, ia tak gentar menemui keluarga Halimah, untuk maju meminang. Terkesan nekat, tetapi begitulah, selama itu adalah kebenaran yang diyakin, pantang bagi rizqaan untuk bersurut langkah.

•    Muncul konflik
Konflik bermula ketika kakak laki-laki hallimah yang dari awal sangat menolak pernikahan hallimah dan rizkan juga terus berusaha memisahkan hallimah dengan rizkan, bahkan dia pernah suatu hari mendatangi hallimah ketika rizkan tidak ada dirumah dan dia tetep berkeras meminta hallimah menceraikan dan menikah dengan salah satu anak pejabat yang dia dan keluarganya sudah kenal, kakak laki-laki hallimah ini bernama asryaf.
Sampai suatu malam yang sangat menyakitkan buat rizkan dan hallimah malam itu malam keduabelas, tahun kesepuluh, hari yang kedua puluh delapan itu berati dua hari lagi final perjanjian itu akan berlangsung, usai mereka berpergian sekeluarga untuk berekreasi dan kembali pada pukul 21.00 rizkan dan keluarganya serta kedua orang tua rizkan yang juga turut serta berekerasi langsung tertidur karena terlalu letih, tiba-tiba mereka terbangun ketika mendear suara ricuh dan panas yang mengelilingi mereka, mereka tersdar bahwa api sudah melahap dapur dan pabrik roti mereka dengan sigap mereka berlari keluar, namun oraang tua rizkan masih berada di dalam kerumunan api, rizkan ingin masuk dalam kobaran api untuk menyelamatkan orang tuanya namun ditahan oleh masyarkat yang ada disekitar rumah rizkan, setelah api sedikit padam barulah beberpa orang pemuda masuk untuk menyelamatkan orang tua rizkan yang akhirnya bisa dikeluarkan namun sayang ayah rizkan tidak bisa terselamatkan dan meninggal dunia. Ibu rizkan langsung dilarikan kerumah sakit malam itu juga oleh masyrakat tanpa didampingi rizkan dan istrinya krena terlalu lemah dan jatuh pingsan.
•    Klimaks/konflik memuncak
Konflik dalam novel  ini memuncak ketika peristiwa yang tidak terduga terjadi, Pada suatu malam itu tiba, dimana malam itu pada bulan kedua belas dan hari “H” tinggal hanya dua hari lagi terjadi musibah besar yang memporak-porandakan kehidupan yang selama ini mereka bagun dengan susah payah. Kebakaran melanda pabrik dan rumah mereka, hingga menjadikan ayah Rizqaan meninggal dunia. Belakangan di akhir cerita diceritakan, bahwa kebakaran tersebut merupakan ulah dari saudara jahat Halimah yang bernama Asyraf agar ayahnya memenangkan perjanjian dan Halimah menikah dengan lelaki lain yang lebih kaya. Dan lebih lagi ketika Halimah meninggal dunia pada saat maghrib yang terkena penyakit leukimia.
•    Antiklimaks/leraian
Para tokoh Sandiwara Langit setelah mengalami  puncak konflik atau pertentangan menyebabkan mereka mengalami perubahan nasib. Berawal dari musibah itulah mereka bercerai dan menjalani hidup sendiri. Rizqaan kembali pada statusnya sebelumnya. Demikian juga Halimah pulang bersama orang tuanya, dia terpaksa. Berbulan-bulan mereka menjalani kesendirian. Tapi malah membuat mereka tambah saling mencintai. Dan setelah kematian halimah danaa terbukti bahwa penyebab kebakaran pabrik, rumah dan seluruh hartanya serta ayah handanya yang tercinta adalah kakak iparnya kakak halimah yaitu Arsyad. Ia merasa sangat-sangat terpukul. Karena selama ini ternyata kakak haalimah kurang merestunya. Tapi melihat keseharian arsyad di penjara ia terharu dekaligus memaafkannya. Dan ia sebagai seorang ustadz tentunya lebih paham tentang masalah kesabaran ketika ditimpa musibah. Dan ia memulai hidupnya lagi dengan bersama ibunya satu-satunya. Memulai semuanya dengan hidup lembaran baru yang penuh harapan akan lebih baik lagi kedepannya.
•    Selesai
Setelah hidup bersama dengan pilihannya halimah yang meninggal dikarenakan penyakit leukimia, Rizqaan memulai lagi hidupnya tanpa Halimah. Lembaran baru yang penuh harapan akan kemaslahatan hidupnya. Ending atau selesai yang mengharukan meninggalnya  setelah benih-benih cinta tumbuh dihati mereka. Kehidupan mereka yang sudah baikan dan orangtua mereka sudah merestua hubungan mereka. Lebih lagi ayahnya yang keras hati dan ego yang menikahkan mereka kembali. Tapi tuhan berkehendak lain. Ia mengambil halimah dengan restu sang suami yang sholeh. Maka kembalilah jiwa yang tenang pada robbnya. Itulah ending yang paling mengharukan dan yang paling menyedihkan. Karena berakhir dengan ketika hidup atau mereka kembali bersatu.
    Rizqaan tersenyum.
Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku.
   
4.3 Latar
a. Latar tempat
    Secara umum latar yang digunakan dalam novel Sandiwara langit adalah sebagai berikut :
•    Masjid (tempat kajian/pengajian rutin).
•    Rumah Halimah
•    Rumah Rizqaan
•    Kamar
•    Teras
•    Ruang tamu
•    Meja makan
•    taman
•    Pabrik
•    Perumahan elit
•    Mobil
•    Jalan raya
•    Puncak
•    Warung
•    Toko
•    Rumah sakit
•    Kamar rumah sakit
•    Ruang tunggu rumah sakit
•    Rumah tetangga
•    Rumah polisi
•    Penjara

b. Latar Waktu
    Latar waktu yang digunakan pengarang untuk menceritakan kisah ini adalah pagi, siang, sore, dan malam hari. Waktu yang paling mendominasi atau yang paling sering adalah pagi hari. Pembagian latar waktu dalam novel Sandiwara Langit karya Abu Umar adalah :
•    Pagi hari
Ikut kajian, Menjajakan rotinya yang berkelanjutan hari demi hari.
•    Siang hari
Bersama anaknya, bersilaturahmi kepada keluarganya.
•    Sore hari
Ikut kajian, istrahat, membuat roti.
•    Maghrib
Mengaji bersama, sholat bersama, dan mendekatkan diri kepada sang pencipta.
•    Tengah malam
Tidur, istrahat, terbangun sholat, kena musubah.

c. Latar Budaya
•    Suasana kajian agama yang begitu indah
•    Pembawaan atau penyampaian pesan-pesan tokoh yang bagus.
•    Sekolah yang siap untuk mendidik anak menjadi luar biasa cerdasnya.
•    Suasanan masyarakat yang tentram, damai, dan harmonis.
•    Sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dam warohmah

4.4 Hal Menarik/Nilai
    Hal yang menarik dari kisah novel ini adalah ketika Pak Rozaq mau menikahkan mereka berdua (Rizqaan dan Halimah), namun dengan “Satu Syarat”. Apabila dalam sepuluh tahun ia tidak bisa “sukses” dan tidak bisa “membahagiakan” Halimah putrinya, maka ia Rizqaan harus menceraikannya.
    Dan yang paling menarik serta istimewa pada kisah dalam buku tersebut adalah benar-benar nyata terjadi, diambil dari salah satu sisi kehidupan sepasang suami istri dalam memperjuangkan arti hidup yang sesungguhnya. Bahwa dunia ini adalah ladang bagi akhirat, bahwa dunia hanyalah sementara, yang suatu saat ada batasnya.Sangat layak, karena buku ini menawarkan nilai-nilai islam yang dapat memperkaya ruhani dan meningkatkan mutu kehidupan kita sebagai hamba Allah. Makin memikat, karena saat menyusun kisah ini, si penulis, Ust Abu Umar Basyir menyisipkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As-Sunnah agar dapat lebih memantapkan gejolak iman di dalam dada para pembaca.Artinya, tentu akan berbeda jika buku ini hanyalah merupakan kisah fiktif belaka.”REALITAS” adalah kekuatan utama pada buku ini. Bahwa cerita ini bukan mengada-ada, tapi memang BENAR-BENAR ADA.







BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
.    Kesadaran anak adam pada kehidupan, tentang kesabaran, keikhlasan syukur, tentang pengorbanan, kesetiaan, kefanaan dunia ini, serta cinta sejati. Cinta yang tak pernah bertepuk sebelah tangan. Ya, Cinta Illahi pada mereka dan Cinta Mereka pada Ilahi. Dan kita bisa banyak sekali mengambil ibrah dari kisah ini rumah tangga Rizqan dan Halimah Istrinya. dan Lebih lagi bahwa kisah dalam buku tersebut benar-benar nyata terjadi, diambil dari salah satu sisi kehidupan sepasang suami istri dalam memperjuangkan arti hidup yang sesungguhnya. Bahwa dunia ini adalah ladang bagi akhirat, bahwa dunia hanyalah sementara, yang suatu saat ada batasnya.Sangat layak, karena buku ini menawarkan nilai2 islam yang dapat memperkaya ruhani dan meningkatkan mutu kehidupan kita sebagai hamba Allah. Makin memikat, karena saat menyusun kisah ini, si penulis, Ust Abu Umar menyisipkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As-Sunnah agar dapat lebih memantapkan gejolak iman di dalam dada para pembaca.Artinya, tentu akan berbeda jika buku ini hanyalah merupakan kisah fiktif belaka.”Realitas” adalah kekuatan utama pada buku ini. Bahwa cerita ini bukan mengada-ada, tapi memang Benar-Benar Ada.
    jadi, dalam analisis novel mudah-mudahan kita dapat memperoleh ibrah khususnya penulis sendiri. Bahwa ketika dikaji banyak sekali nilai-nilai religi yang sehingga cerita dalam kisah itu menjadi lebih hidup.
5.2 Saran
    Sebagai saran dalam makalah ini, semoga makalah ini bisa kita gunakan dengan baik dalam jalan kita untuk mengetahui dan mempelajari mengenai structural dalam novel “Sandiwara Langit” karya Andrea Hirata. Namun tidak kalah pentingnnya juga bila  penulis memberikan salah satu saran yang akan menjadi motivasi kita, marilah kita menghargai hasil karya orang lain sekecil apapun itu karena belum tentu kita bisa mencitptakan salah satu kartya yang lebih baik dari yang telah dia hasilkan . Model penghargaan itu sendiri dapat kita wujutkan dengan menjaga karya yang telah mereka hasilkan dengan sebaik-baiknya.
    Sebagai salah satu saran dalam makalah ini juga mari kita hidupkan novel-novel yang telah ada dan dikarang oleh para pendahulu-pendahulu kita sebagai salah satu aplikasi dari penghargaan kita terhadap karya mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Buku Novel Sandiwara Langit, Karya Abu Umar Basyir pada Tahun 2008  di Sukoharjo. Penerbit: Shafa Publik, di Jl. Medokan Semampir No.5 Surabaya. Cetakan Kesebelas tahun 2011.
2.    Dari Arya, Putu. (1983). Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende Flores: Nusa Indah.
3.    Riyanto, Slamet. 2005. Pengantar Teori Sastra. Malang pada tahun 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
4.    Dari Riyanto,Slamet. 2005. Pengantar Teori Sastra. Malang pada Tahun 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUTRI SAMA

Pada awalnya, orang bajo berasal dari Negeri Johor. Di negeri johor ada satu perkampungan yang dihuni oleh orang-ornag bajo. Mereka ...