Sabtu, 27 September 2014

PUTRI SAMA




Pada awalnya, orang bajo berasal dari Negeri Johor. Di negeri johor ada satu perkampungan yang dihuni oleh orang-ornag bajo. Mereka dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raja Bajo. Pada suatu ketika, anak Raja Bajo akan pergi bertamasya ke suatu karang. Pada saat bertamasya, anak raja bajo dihantam ombak yang keras hingga akhirnya anak raja bajo hilang. Rombongannya lalu pulang kembali ke rumah tanpa disertai anak raja bajo. Ketika sudah tiba di kerajaan, rombongan itu lalu ditanya oleh raja bajo dimana anaknya yang dijawab tidak tahu oleh para rombongan. Raja bajo lalu memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk mencari anaknya. Semua masyarakatnya lalu membuat perahu tanpa kecuali dengan tujuan mencari anak raja bajo yang hilang. Dalam pencariannya, mereka terdampat dimana-mana. Ada yang terdampar di Sulawesi selatan, Sulawesi tenggara, dan hamper semua di pelosok dunia. Sesuai dengan pesan raja bajo, “jangan kembali kecuali dengan bersama puteri saya!”
Itulah sebabnya masyarakat bajo berangkat bersama dengan isteri dan anaknya berkelana di lautan untuk mencari anak raja bajo. Merekatakut untuk kembali lagi ke daerahnya. Merekapun tinggallah di perahu.
Usut punya usut, setelah beberapa tahun dicari, anak raja bajo ternyata terdampar di Gowa. Anak raja bajo terdampar di sebuah serong milik raja gowa. Setiap hari, serong milik raja Gowa selalu tidak berisi ikan. Hal ini terus terjadi berulang-ulang selama tiga hari berturut-turut. Sang pengawal raja lalu memberitahukan hal ini kepada raja bahwa serong itu hanya berisi sepotong bambu. Setiap hari, bambu itu dikeluarkan dari serong, tetapi bambu itu selalu muncul pada pagi hari (ditemukan) di dalam serong. Sejak saat itu, ikan tidak pernah lagi ditemukan ada di dalam serong biarpun hanya seekor.
    Raja lalu memerintah kepada pengawalnya untuk mengambil potongan bambu tersebut untuk dibawa pulang ke rumah. Bambu itu lalu disimpan di dekat gentong air (tempat air). Setiap pagi, jika raja mau mandi, air yang ada di dalam bak selalu habis. Raja lalu menanyakan hal ini kepada pelayannya yang dijawab oleh pelayan bahwa sesungguhnya bak itu selalu diisi penuh air. Peristiwa itu terus berulang selam tiga hari berturut-turut. Raja pun curiga dengan keberadaan bamboo itu, sehingga bambu itu diambilnya dan diamati dengan seksama. Ternyata, di dalam bamboo itu berisi seorang gadis yang cantik jelita. Kecantikannya hampir menyerupai kecantikan seorang bidadari. Gadis itu lalu keluar dari dalam bambu. Raja lalu berkata, “Ternyata Selama ini kamu yang selalu menghabiskan air di dalam bak ini.”
    Raja lalu masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil bambu itu. Bamboo itu lalu dipecahkan dan dibuang oleh raja. Gadis itu pun mencari bamboo miliknya yang dijadikannya sebagai sarungnya.
    “kamu tidak perlu lagi mencari bambu itu, ini sarung kamu pakai”, kata raja sambil melemparkan selembar sarung kearah gadis itu. Setelah peristiwa itu, gadis itu pun tinggal di istana raja gowa. Lama kelamaan karena kecantikan gadis itu, putra raja gowa jatuh hati pada gadis itu dan mmpersuntingnya untuk dijadikan permaisuri. Mereka pun lalu dinikahkan dan hidup bersama di istana raja Gowa. Tidak lama setelah pernikahan mereka, gadis itu  hamil dan mengidam. Raja gowa lalu menyediakan berbagai macam buah-buahan yang biasanya sangat digemari oleh orang yang sedang hamil muda. Dari sekian banyak jenis buah-buahan yang disediakan, tidak satu pun yang disukai oleh gadis itu sehingga mertuanya pusing dibuatnya.
    Gadis itu pun lalu ditanya tentang apa keinginannya. Gadis itu lalu minta dicarikan penyu karena dia sangat ingin memakan daging penyu yang sudah digureh dengan sangat lahab. Kedua mertuanya sangat heran melihat gadis itu makan penyu yang masih mentah karena tidak dimasak.
    Waktu terus berjalan, gadis itu pun melahirkan. Pada suatu waktu, anaknya menangis dengan sangat keras. Didiamkan sedemikian rupa anak it uterus saja menangis. Kakek dan neneknya terus mendiamkannya, tetapi anak itu terus saja menangis. Anak itu lalu diambil sama ibunya dan kedua mertuanya menunggu apa yang akan dilakukan oleh menantunya untuk mendiamkan anaknya. Gadis itu membuat toyah. Pada saat mengayun anaknya, gadis itu lalu menyanyi untuk anaknya. Nanyanyian itu berbunyi:
Manna Bajo to Bajoa
Niaq pa Bajo nampa niaq
To somba ri Gowa
Artinya:
Orang Bajo turunan orang baik-baik
Nanti ada orang Bajo
Baru ada raja di Gowa
    Keturunan gadis itulah yang kemudian menjadi penerus raja-raja di kerajaan Gowa.
Orang bajo meminta perkampungan kepada raja Bone. Raja Bone pun mengajukan syarat bahwa mereka saja tinggal di daerah pantai tetapi mereka harus bisa menjadi pertahanan laut di kerajaan Bone. Adapun mengenai putrid itu, orang Bajo pada akhirnya tahu keberadaan putri itu di kerajaan Gowa setelah bertahun-tahun lamanya. Akan tetapi, mereka tidak lagi berani membawanya pulang. Orang bajo lalu meneruskan hidupnya di Bajoe (Kabupaten Bone) untuk menjadi pertahanan di pesisir pantai Bajoe sesuai dengan perjanjiannya dengan raja Bone. Sementara orang bajo yang tersebar di tempat lain terus saja mengembara di laut. Beberapa bahkan sudah pula menetap di suatu tempat, termasuk bajo yang terdapat di Desa Talia, Kabupaten Buton, tetapi pola hidupnya tetap tidak lepas dari laut. Mereka terus hidup sebagai nelayan yang oleh masyarakat yang tinggal di darat dikenal sebagai manusia laut.

Sumber: Uniawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PUTRI SAMA

Pada awalnya, orang bajo berasal dari Negeri Johor. Di negeri johor ada satu perkampungan yang dihuni oleh orang-ornag bajo. Mereka ...